Minggu, 01 Desember 2019


YASINAN SEBAGAI FENOMENA SOSIAL DALAM FILSAFAT DAKWAH 
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Filsafat Dakwah
Dosen pengampu : Dr. Hasyim Hasanah, S.Sos.i. M.S.I.


Disusun oleh :


Wahyu Noor Aini Choirun Nisa (1801016149)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019









Latar Belakang 

Budaya membaca surat Yasin pada malam jumat atau masyarakat menyebutnya dengan 'Yasinan' sudah dari jaman dulu ada. Biasanya ketika mendengar kata yasinan akan pula diikuti tahlilan yang budaya ini bermula dari Walisongo ketika mengislamkan tanah Jawa. Sebagai bentuk strategi dakwah pada masa itu, terutama Sunan Kalijaga yang banyak menggunakan kegiatan atau ritual agama lain diislamisasikan sehingga menjadi kebudayaan yang bertahan sampai hari ini yang salah satunya adalah yasinan. 

Yasinan dewasa ini bukan hanya sekadar menjadi kebiasaan tapi bahkan menjadi kegiatan wajib disetiap desa di Indonesia. Hampir diseluruh desa yang mayoritas muslim khususnya pulau Jawa, yasinan menjadi agenda wajib. Tidak hanya sebagai ibadah namun budaya yasinan juga menjadi wadah untuk berkumpul dan silaturrahim antar masyarakat. 

Kebersamaan dan rasa gotong royong pun bisa dipupuk dengan adanya kegiatan di dalam masyarakat seperti halnya yasinan ini. Yasinan yang dilakukan secara rutin pun bisa sembari melatih kedisiplinan secara tidak langsung dalam masyarakat. Dan point pentingnya adalah budaya dan kebiasaan baik ini seharusnya tidak hanya dalam lingkup desa saja tapi lingkup pendidikan dan kalangan anak muda seperti di UKM yg ada di universitas-universitas. 

Alangkah baiknya budaya dan kebiasaan yang baik itu juga dilakukan oleh mahasiswa. Bisa juga untuk latihan sebelum nantinya terjun ke masyarakat. Dan juga untuk menjadikan pribadi yang lebih islami dan berkualitas lagi.



















Deskripsi Masalah 

Di UIN Walisongo semarang tepatnya di gedung PKM (pusat kegiatan mahasiswa) di kampus 3 adalah tempat mahasiswa melaksanakan kegiatan ekstra diluar perkuliahan dan menjadi kantor dari setiap UKM yang ada. Ada sekitar lebih dari lima UKM-U yang bertempat di kampus 3. Setiap hari PKM selalu ramai oleh mahasiswa bahkan weekend pun masih ada mahasiswa yang berkegiatan. PKM ramai karena dihuni oleh mahasiswa yang memang tinggal di sana, menjadikan PKM sebagai tempat tinggal karena lebih murah biaya hidupnya daripada harus kost atau pun ngontrak.  

PKM kampus 3 ini dilengkapi dengan 2 kamar mandi, halaman samping kanan sebagai lahan parkir tapi lebih sering digunakan UKM Musik untuk berkegiatan di outdor, dan halaman samping kiri adalah taman milik UKM Resimen Mahasiswa (MENWA). Oleh MENWA lahan kecil itu disulap menjadi taman kecil dan tempat latihan fisik seperti push up, sit up bahkan ada tiang untuk pull up. Taman kecil itu terlihat bersih dan rapi. Karena selalu ada piket kebersihan untuk membersihkan taman yang sudah mereka buat dengan indah. Dan kesadaran untuk merawatnya pun memang sangat baik. Jadi PKM lebih enak dipandang dari dekat maupun kejauhan.

Kegiatan di PKM kampus 3 sangatlah beragam, setiap hari selalu digunakan untuk rapat, latihan dan bahkan yasinan dan membaca al barjanji setiap malam jumat. Yasinan ini selalu rutin dilakukan oleh Resimen Mahasiswa (MENWA) setiap hari kamis malam apabila tidak ada kegiatan. Setiap ba'da maghrib para anggota MENWA berkumpul di kantor mereka untuk membaca surat yasin dan bersholawat bersama-sama. Tak jarang apabila bertepatan dengan hari besar Islam seperti ketika masuk bulan Rabiul Awal, mereka akan membaca al barjanji dengan diiringi rebana sederhana oleh anggotanya sendiri. Biasanya mereka lakukan di outdor yaitu taman kecil depan PKM dengan menggelar tikar dan kadang dengan beberapa camilan dan buah para anggota MENWA melantunkan sholawat dengan Khusyu' kepada Rasulullah SAW. 

Sayangnya kebiasaan yang baik ini tidak dilakukan oleh semua UKM yang menghuni PKM kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Tidak hanya kebiasaan yasinan tapi juga menjaga kebersihan, tidak dilakukan oleh semua penghuni PKM. Terbukti di lantai 2 PKM kampus 3 di dekat tangga sudah menjadi pojok sampah. Para penghuni PKM menumpuk sampah di depan tangga dan kebanyakan adalah sampah makanan. 

Kebiasaan yang buruk itu terjadi sampai hari ini, selain membuat tidak enak dipandang bau busuk juga langsung menusuk hidung ketika melewati tumpukan sampah itu. Sangat disayangkan jika lingkungan tempat kegiatan mahasiswa tidak bersih dan rapi malah membuat tida nyaman orang yang berkunjung. Hanya karena hal itu sudah menjadi kebiasaan sehingga para penghuni dan pelaku tidak baik itu seperti tidak terganggu karena mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut. Namun sepertinya tidak hanya di PKM iUKM-U saja di beberapa fakultas pun dapat dijumpai fenomena yang sama yaitu kurangnya menjaga kebersihan lingkungan. 

Terlepas dari kebersihan kebiasaan Yasinan setiap malam jumat yang sudah dilakukan rutin oleh anggota UKM MENWA ini seharusnya bisa menjadi kebiasaan yang dilakukan rutin juga oleh UKM yang lain apalagi mereka berada di lingkungan UIN yang sudah pasti cocok dengan identitas dari UIN sendiri. Kegiatan keaagamaan yang lain seperti membaca al barjanji atau diba'an bisa dilakukan setiap malam senin sembari memperbanyak sholawat pas di hari kelahiran Rasulullah yaitu hari senin. 

Sebenarnya kegiatan ini mengandung banyak sekali manfaat selain menjadi salah satu strategi dakwah dikalangan mahasiswa. Yasinan yang dilakukan secara rutin akan menjadi kebiasaan dan bisa melatih kedisiplinan. Yasinan yang dilakukan bersama sama dapat melatih hidup sosial yang baik, menumbuhkan rasa kasih sayang dan gotong royong. Selain bernilai ibadah namun juga bisa sebagai ajang untuk saling silaturrahim dan semakin menguatkan jiwa sosial antar mahasiswa. 

Namun sayangnya tidak semua UKM melaksanakannya justru malah UKM yang sudah menerapkan kedisiplinan yang tinggi yang melakukannya. Padahal ada UKM yang bergerak dibidang sosial dan keagamaan seharusnya lebih bisa menyadari akan dampak yang meskipun kecil tapi sangat berpengaruh. Dapat juga dilakukan sebagai wadah latihan sebelum terjun ke masyarakat.





















Implementasi Masalah 

Tradisi pembacaaan Yasinan merupakan tradisi lama yang masih dipegang oleh kalangan masyarakat Indonesia. Tradisi Yasinan ini begilu unik karena hanya ada di Indonesia dan Malaysia. Tradisi ini merupakan bentuk ijtihad para ulama untuk mensyiarkan Islam dengan jalan mengajak masyarakal agraris yang penuh mistis dan animisme untuk mendekalkan diri pada ajaran Islam melalui cinta membaca Al Qur’an, salah satunya Surat 
Yasin sehingga disebut sebagai Yasinan. 

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat baik kaum ibu maupun bapak dan juga di kalangan para remaja baik putri maupun pulra. Pelaksanaannya pun berbeda beda seperti ada yang melaksanakannya pada malam hari. siang hari atau sore hari atau hanya pada wktu-waktu tertentu misalnya malam Jum’at, hari ketiga. ketujuh. hari seratus. hari keseribu bagi orang yang meninggal. Semua itu memiliki ketentuan masing-masing daerah. 

Yasinan merupakan sebuah tradisi yang telah mendarah daging bagi masyarakat Jawa khususnya bagi kaalngan orang-orang NU, meskipun ada beberapa kalangan Muhammadiyah mengikuti tradisi ini. Terlepas dari pro dan kontra. karena kami Iidak mempennasalahkan apakah tradisi Yasinan itu dosa atau tidak. Namun kenyataannya tradisi Yasinan tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surat Yasin secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang rais alau kaum. biasanya Yasinan juga dilengkapi dengan bacaan Al Fatihah dan bacaan tahlil serta ditutup dengan doa dan diamini oleh jamaah. 

Masyarakat melaksanakan tradisi ini karena turun temurun. Artinya tradisi ini merupakan peninggalan dari nenek moyang mereka, dimana Islam mengadopsinya sebagai bagian dari ritual keagamaan. 

Sudah menjadi hal yang umum jika tradisi Yasinan digunakan sebagai Majelis taklim dan dzikir mingguan masyarakat dan sebagai media dakwah agar masyarakat menjadi lebih dekal dengan Tuhannya. Namun di sisi lain tradisi Yasinan bisa dimaknai sebagai forum silaturahmi warga. yang tadinya tidak kenal menjadi kenal. yang Iadinya tidak akrab mcnjadi lebih akrab. Kegotong royongan. solidaritas sosial. tolong menolong. rasa simpati dan empati juga mcrupakan sisi lain dari adanya tradisi Yasinan. Kegotong royongan ketika mengadakan acara. Tolong menolong agar acaranya bcrjalan sesuai yang diharapkan. Rasa empati dan simpali ketika ada seseorang kerabatnya yang kesusahan atau kerabatnya yang meninggal. Semua itu merupakan makna lain yang Ierkandung dalam tradisi Yasinan. 

(Sudirman Anwar:) Disamping itu, konsep theology dan filsafat yang lerdapat pada Yasinan turut serta dalam membentuk mental solidaritas. Misalnya engaruh dari konsep theology. masyarakat percaya bahwa dosa mereka terhadap sesama manusia itu dapat tenutupu dengan amalan-amalan yang baik yang dilakukan selama hidup dibumi dengan bertindak sesuai dengan petunjuk 
Al-Qur’an dan hadits, sehingga pada konsep fllsafat, sebagai manusia yang Iidak bisa hidup sendirian yang membutuhkan orang lain maka haruslah saling tolong menolong sesama manusia apalagi sesama umat muslim. supaya dapat mempersatukan umat muslim seuluhnya dan menghindari pertikaian. 

Menurut Hayat melalui pengaiian Yasinan dalam kerangka menciptakan kehidupan masya rakat yang bermental agamis dan berkarakter religius harus didukung oleh kondisi dan simasi masyarakat yang dapat memperkuat kehidupan sosial kulturalnya, antara lain: (1) aplikasi terhadap nilai nilai agama Islam dalam  ketaatan terhadap hukum dan ketentuan agama Islam; (2)  menghormati satu sama lain atas kehidupan bennasyarakat; (3) menjaga hubungan baik antar tetangga di lingkungan sekitar, (4) memperkuat ajaran Islam melalui berbagai bentuk silaturrahim yang dibangun atas dasar kesukarelaan; (5) meramaikan tempat ibadah dengan berbagai aktivitas keagamaan, yaitu meng istiqamah-kan shalat berjamaah dan kegiatan pendidikan keagamaan bagi warga di lingkungan sekitar. 

Surat Yasin ada di dalam al Qur’an yang diyakini mempunyai nilai pahala tinggi bagi yang membacanya dan mendatangkan keberkahan serta kedamaian di dalam kehidupan masyarakat. Secara umum, pembacaan al Qur’an, salah satunya Yasin adalah merupakan keharusan bagi umat Islam, baik secara tekstual maupun kontekstualnya. Artinya bahwa, pengajian Yasinan dijadikan sebagai dasar dan media dakwah dalam pengembangan nilai-nilai lslami bagi kehidupan masyarakat. Pengembangan terhadap pengajian Yasinan, secara substansi tidak hanya berpatokan kepada pembacaan teks saja, namun lebih kepada esensi dan filosofi dan‘ nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. Sesuai dengan firman Allah 

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ 


Artinya : "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,"

Yasinan bukan hanya sekadar menjadi tradisi atau kebiasaan namun juga bisa sebagai strategi untuk berdakwah. Yasinan menjadi modal bagi umat Islam untuk menggeraknnya nilai-nilai dakwah, sebagai representasi dari pengamalan nilaj nilai al-Qur'an dan al Hadis untuk kejayaan dan kemaslahatan umat Islam seutuhnya, yaitu rahmatan lil'alamin. Majelis Yasinan menjadi sebagai fondasi di dalam pengembangan manajemen dakwah, keberadaan Majelis Ta’lim Yasinan, baik bapak bapak atau ibu ibu dijadikan sebagai media dakwah dengan memperbaiki manajemen dan mekanisme majelis Yasinan untuk dikayakan dengan memenuhi substansi gerak an dakwah yang pemah dicontohkan oleh Rasulullah.

Tidak hanya mencakup soal keagamaan atau sebagai strategi dakwah, fenomena sosial Yasinan pun dijelaskan dalam filsafat yaitu kajian positivistik.  Paradigma positivistik mencakup pada pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dilapangan dan menemukan hukum-hukum alam yang terjadi. Comte beranggapan bahwa hukum alam merupakan pernyataan dari keteraturan hubungan yang terjadi dalam praktek sosial dengan sosial lainnya. Untuk itu, paradigma positivistik harus mampu menjawab persoalan dan tantangan terhadap gejala secara empiris.  

Paradigma positivistik percaya bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan metode yang digunakan mampu menemukan hukum-hukum alam dalam kehidupan manusia dengan demikian. paradngma positivistik dianggap real dan bermanfaat untuk menyederhanakan fenomena sosial yang terjadi. Comte kerangka pemikirannya merujuk kepada pendekalan-pendekatan ilmiah yang tentunya mempelajari kehidupan manusia.


Menurut paradigma positivistik fenomena sosial dapat dikaji dengan mengumpulkan data - data yang ada di lapangan dan dibuktikan secara empiris. Kemudian Galeh Prabowo pun menegaskan kembali soal empirisme dalam postivistik dimana 
Terkandung dua nilai dalam positivisme yang menjadi pedoman dalam mengkaji suatu fenomena. Pertama, objektivitas demi memperoleh ilmu pengetahuan diperoleh melalui sesuatu yang empiris dan kedua adalah ilmu pengetahuan yang baik mampu menemukan hukum-hukum (general law).

Secara sederhana dapat dipahami bahwa segala fenomena yang mampu dipelajari oleh seluruh panca indera manusia maka kebenarannya tidak diragukan Iagi. Maka dari itu, salah satu asumsi dasar pada positivisme mengedepankan pengamatan dan nalar yang membimbing seorang peneliti demi mencapai suatu kebenaran. Dalam fenomena sosial harus bisa dipelajari dengan panca indera dan mampu dibuktikan secara empiris.

Yasinan yang merupakan fenomena sosial ketika dikaji oleh aliran positivistik pasti berhubungan dengan metode penelitian.  
Berbagai metode penelitian sebagaimana tersebut dalam pandangan Islam berhubungan dengan ayat-ayat Allah dan ajaran keimanan. Namun hubungan berbagai metode tersebut dengan tauhid berbeda-beda. Metode ‘irfani, bayani dan ijtihadi hubungannya sangat dekat dengan Tuhan, karena mengkaji ayat-ayat Allah dalum Kitab Suci dan ilmu-Nya yang diberikan langsung. Adapun metode ijbari (ilmu alam), burhani (ilmu sosial) dan jadaIi (filsafat) hubungannya dengan iman dan tauhid agak jauh. Masyarakat Barat misalnya, mengatakan bahwa hukum-hukum yang ada di alam jagat raya dan fenomena sosial itu adalah hukum alam biasa, hukum sebab akibat yang alami yang sudah melekat dalam watak dan karakter alam dan sosial tanpa campur tangan Tuhan. Namun dalam Islam, hukum-hukum alam itu adalah sunnatullah dan ayat-ayat Allah SWT dan karenanya harus digunakan dalum mendekatkan diri kepada Allah, di samping mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan hidup manusia. 

Analisis 
Kegiatan atau fenomena sosial Yasinan adalah kegiatan yang menurut kajian postivistik adalah fenomena sosial yang bisa dikaji dan diteliti dengan mengumpulkan data-data di lapangan secara empiris. Bisa dibuktikan dengan panca indera, dalam hal ini adalah kegiatan yasinan yang dilakukan oleh UKM Resimen Mahasiswa (MENWA) UIN Walisongo Semarang. Dan masalah yang dapat diteliti adalah mengapa fenomena sosial ini hanya dilakukan oleh satu UKM saja di PKM kampus 3 UIN Walisongo? Mengapa ukm yang lain tidak membiasakan hal baik ini? 

Padahal kalau dilihat banyak manfaat dan kebaikannya, selain sebagai ibadah Yasinan menjadi wadah untuk menjalin silaturrahim dengan sesama mahasiswa. Menumbuhkan rasa sosial dan gotong royong yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Selain itu bisa juga sebagai strategi dakwah dalam menyebarkan ajaran Islam. 
Untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam islam. Sebagai ajang berkumpul untuk membentuk forum yang bermanfaat, membahas tentang nilai-nilai baik Islam yang diterapkan dalam keseharian. 

Dalam pandangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan metode penelitian, fenomena sosial yasinan yang dilakukan oleh anggota MENWA sebagai bahan penelitian dengan beberapa metode penelitian. Dan dalam Islam haruslah menggunakan ayat-ayat Allah di dalam Al Qur'an sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 












Referensi

Anwar, Sudirman. Management Of Student Development. Riau. Yayasan Indragiri. 2015.

Nata, Abuddin. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta. Prenada Media. 2018.

Hayat. Pengajian Yasinan Sebagai Strategi Dakwah NU Dalam Membangun Mental dan Karakter Masyarakat. Walisongo, volume 22, no 2, November 2004.

Irwan. Relevansi Paradigma Positivistik dalam Penelitian Sosiologi Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial, vol 17, no 1. 2018.

Prabowo, Galeh. Positivisme dan Strukturalisme Sebuah Perbandingan Epistemologi dalam Ilmu Sosial. Jurnal Sosiologi Walisongo, volume 1, nomor 1. 2017.